Gempur86-Garut-Viral, seorang ibu di Garut curhat anaknya yang masih kecil diduga korban pelecehan seksual (asusila) oleh kakek temannya melalui akun media sosial Facebook PERMANA NUR HIDAYATULLAH. Pasalnya ia menceritakan anaknya yang mengalami sakit di daerah kemaluannya dengan wajah sedih dan menangis.
Ibu dari seorang anak yang masih kecil (dibawah umur) ini mendengarkan keluhan anaknya yang mengalami kesakitan pada bagian kemaluannya. Setelah mendengar keluhan anaknya itu, dengan wajah sedih dan di upload melalui media sosial Facebook sampai Part 10. dia juga menceritakan kronologi mulai dari mencari tahu kepada tetanga hingga mengetahui penyebab sakitnya pada bagian kemaluan anaknya yang dibawah umur tersebut.
“Awalmulanya tangal 16 Januari 2025 jam 12.00 WIB anaknya mengeluh dan merasakan kesakitan pada bagian kemaluannya, sambil menangis. Selanjutnya ibu tersebut membuka celananya, dan mendoakan karena bapaknya tidak ada di rumah sedang mencari nafkah di kota,
Lalu, lanjut sang Ibu, pada tanggal 20 Januari 2025 bapaknya pulang, lalu ibu itu menyampaikan kepada bapaknya kalau kemaluan anaknya memar dan ada robekan sedikit, sontak ibu tersebut kaget karena pada waktu dilihat sbelumnya hanya bagian luar, tidak ke bagian dalam.
Besoknya tanggal 21 Januari 2025, anak tersebut dibawa ke Bidan, lalu bidan bertanya kenapa ini kemaluan anaknya seperti ada benda yang masuk?, lalu sang bidan menyarankan untuk dibawa ke Puskesmas karena harus di Visum. Tak lama dari situ, lalu dibawa ke Puskesmas dan meyampaikan kepada petugas Puskesmas bahwa anaknya yang masih kecil (usianya sekitar 3 tahun) itu harus di visum, karena kata Bidan yang pertama memeriksa harus di visum.
Setelah itu, petugas puskesmas menjelaskan kalau di visum harus ada surat izin dari kepolisian, lalu dirinya dan suami anak itu bingung, karena pastinya Polisi pasti bertanya kenapa minta di visum. Karena bingung lalu ibu dan bapak anak itu pulang dan hanya meminta obat penghilang rasa nyeri karena bingung tidak mengetahui anaknya itu kenapa bisa sakit dan adanya robekan dna kenapa bidan menyarankan harus di visum.
Selanjutnya keluarga ibu itu pulang dan berencana mencari tahu kepada teman bermainnya, dan tidak ada sangkaan buruk, mungkin sedang bermain dengan temannya tertusuk tidak sengaja. Setelah menanyakan kepada teman-temannya, tidak ada yang mengetahui kenapa anak SD ibu itu sakit kemaluannya.
Lalu pada tanggal 27 Januari 2025, saya menemui ibu dari anak-anak temannya yang rumahnya tidak jauh meminta tolong dan menceritakan keluhan kalau anaknya kesakitan pada daerah kemaluannya.
Ibu korban dan tetangganya akhirnya menemukan titik terang setelah ada teman anaknya yang masih berusia sekitar 3 tahun itu mengajak bermain anak tetangganya namun disampaikan tidak akan bermain.
Tetangganya itu menceritakan, menahan anaknya agar tidak keluar rumah lantaran sang anak pernah mengaku pakaiannya dibuka oleh seseorang.
Lalu sang ibu bertanya kepada teman anak tetangganya dan ternyata tahu kejadian kemaluan anaknya yang masih kecil itu kemaluannya sakit.
“Neng geulis (neng cantik) apakah tahu kenapa kemaluan anak saya sakit, lalu sang anak teman bermain itu menganggukkan kepalanya. Saya syok, ternyata anak itu tahu bahwa anak saya luka, saya juga kaget ketika ada tetangga saya yang mengaku hal yang sama,” bebernya dalam unggahan video.
Diketahui, orang yang diduga melakukan dugaan asusila adalah kakek dari teman korban bermain.
“Saya coba tanya lagi temannya anak saya itu, benar yang melakukan itu adalah kakekmu? dia kemudian mengiyakan.
Sontak sang ibu yang masih berada di rumah temannya itu kaget, dan mengabari ibu yang punya rumah itu, sang ibu teman korban pun agar coba ditanyakan lagi.
“Saya kaget, langsung gemetar ingin menangis,” bebernya.
Sang ibu kemudian mencari tahu peristiwa tersebut dengan melibatkan linmas desa mendatangi rumah terduga pelaku dengan maksud mencari kebenaran atas peristiwa yang menimpa anaknya.
Namun setelah mendatangi rumah terduka pelaku, tidak membuahkan hasil. Hanya kemudian ia disuruh untuk melakukan pengobatan terhadap anaknya.
“Saya di situ tak banyak bicara, karena situasinya rame (tidak kondusif).
“Yang bikin saya sakit hati adalah ucapan pihak keluarga terduga yang bilang bahwa jika terduga pelakunya, nanti biaya berobat akan ditanggung berdua,” ceritanya.
Kemudian, sang ibu menceritakan meminta bantuan aparat TNI-Polri, di desanya yang biasa suka ada untuk melakukan visum, hingga akhirnya ibu itu telah resmi melaporkan kejadian ini kepada pihak kepolisian.
Polsek sekitarnya menyarankan agar dibawa ke Polres dan didampingi oleh unit perlindungan Perempuan dan anak.
“Di Polres anak saya ditemani polwan, ditanya dan anak saya akhirnya mengakui siapa pelakunya, sampai tiga kali anak saya bilang pelaku kakek itu,” ceritanya.
Ibu itu pun dengan haru berlinang air mata meminta keadilan kepada pihak penegak hukum (Polisi), karena siapa yang tega seorang ibu apabila anaknya mengalami hal yang demikian.
(Red)